Minggu, 24 April 2011

penilain afektif

BAB I
PENDAHULUAN

Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan sesuai dengan tuntutan penerapan kurikulum berbasis kompetensi mencakup tiga ranah, yaitu kemampuan berpikir, keterampilan melakukan pekerjaan, dan perilaku. Setiap peserta didik memiliki potensi pada ketiga ranah tersebut, namun tingkatannya satu sama lain berbeda. Ada peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir tinggi dan perilaku amat baik, namun keterampilannya rendah. Demikian sebaliknya ada peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir rendah, namun memiliki keterampilan yang tinggi dan perilaku amat baik. Ada pula peserta didik yang kemampuan berpikir dan keterampilannya sedang/biasa, tapi memiliki perilaku baik. Jarang sekali peserta didik yang kemampuan berpikirnya rendah, keterampilan rendah, dan perilaku kurang baik. Peserta didik seperti itu akan mengalami kesulitan bersosialisasi dengan masyarakat, karena tidak memiliki potensi untuk hidup di masyarakat. Ini menunjukkan keadilan Tuhan YME, setiap manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan menjadi kemampuan untuk hidup di masyarakat.
Kemampuan berpikir merupakan ranah kognitif yang meliputi kemampuan menghapal, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Kemampuan psikomotor, yaitu keterampilan yang berkaitan dengan gerak, menggunakan otot seperti lari, melompat, menari, melukis, berbicara, membongkar dan memasang peralatan, dan sebagainya. Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri. Semua kemampuan ini harus menjadi bagian dari tujuan pembelajaran di sekolah, yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang tepat.
Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun implementasinya masih kurang. Hal ini disebabkan merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti pembelajaran kognitif dan psikomotor. Satuan pendidikan harus merancang kegiatan pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran afektif dapat dicapai. Keberhasilan pendidik melaksanakan pembelajaran ranah afektif dan keberhasilan peserta didik mencapai kompetensi afektif perlu dinilai. Oleh karena itu perlu dikembangkan acuan pengembangan perangkat penilaian ranah afektif serta penafsiran hasil pengukurannya.
Implementasi PP No. 19 tentang Standar Pendidikan Nasional membawa implikasi terhadap sistem penilaian, termasuk model dan teknik penilaian yang dilaksanakan di kelas.
Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah. Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik dan satuan pendidikan merupakan penilaian internal (internal assessment), sedangkan penilaian yang diselenggarakan oleh pemerintah merupakan penilaian eksternal (external assessment). Penilaian internal adalah penilaian yang direncanakan dan dilakukan oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung dalam rangka penjaminan mutu. Penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pemerintah sebagai pengendali mutu, seperti ujian nasional.
Penilaian kelas merupakan penilaian internal terhadap proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru di kelas atas nama sekolah untuk menilai kompetensi peserta didik pada tingkat tertentu pada saat dan akhir pembelajaran. Kurikulum berbasis kompetensi menuntut model dan teknik penilaian dengan Penilaian Kelas sehingga dapat diketahui perkembangan dan ketercapaian berbagai kompetensi peserta didik. Oleh karena itu, model penilaian kelas ini diperuntukkan khususnya bagi pelaksanaan penilaian hasil belajar oleh pendidik dan satuan pendidikan.





BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP SIKAP
1. Pengertian Sikap
Sikap merupakan suatu konsep psikologi yang kompleks. Tidak ada satu definisi yang dapat diterima bersama oleh semua pakar psikologi. Anastasi (1982) mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Misalnya : kelompok orang adat, adat kebiasaan, keadaan, atau institusi tertentu.
Birrect et. Al. (1981) mendefinisikan sikap sebagai kumpulan hasil evaluasi seseorang terhadap objek, orang, atau masalah tertentu. Sikap menentukan bagaimana kepribadian seseorang diekspresikan. Lebih lanjut Birrent menjelaskan bahwa sikap berbeda dengan ciri-ciri atau sifat kepribadian yang dapat didefinisikan sebagai pola kebiasaan atau cara bereaksi terhadap sesuatu. Melalui sikap seseorang , kita dapat mengenal siapa orang itu yang sebenarnya.
Beberapa pakar lain berpendapat bahwa sikap terdiri dari tiga komponen, yakni komponen afektif, komponen kognitif, dan komponen konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan yang menjadi pegangan seseorang. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk bertingkah laku atau berbuat dengan cara-cara tertentu terhadap suatu objek. Menurut Chaiken dan Stangor (1987), perpaduan antara ketiga komponen tersebut lebih sesuai dengan pengertian sikap terbaru yang dapat diterima oleh banyak pakar.
2. Hubungan antara Sikap dengan Nilai dan Peerilaku
Menurut Fraenkel (1977, 1980), nilai dapat didefinisikan sebagai standar dari perbuatan, keindahan, atau harrga, yang dapat diakui oleh seseorang. Definisi lain dari Colemen et. al (1987), nilai adalah pertimbangan internal dan eksternal, yang dimiliki oleh seseorang tentang suatu barang, tujuan, dan perbuatan, yang dipertimbangkan diinginkan atau tidak diinginkan. Dalam rumusan yang lebih singkat dan jelas, nilai adalah kriteria untuk menentukan tingkat kebaikan, harga, atau keindahan.
Tentang hubungan antar sikap dengan nilai, menurut McKinney dan Moore (1982) sikap dan nilai merupakan konstruk hipotetik, dan menjadi dorongan, bimbingan internal bagi terwujudnya perilaku seseorang. Perbedaan antar keduanya : nilai lebih bersifat global daripada sikap. Oleh karena itu, nilai menjadi kriteria atau ukuran yang bersifat abstrak dalam membuat membuat pertimbangan dan mengambil keputusan. Nilai mempengaruhi pembentukan dan arah sikap seseorang. Sikap merupakan pernyataan nilai yang dimiliki oleh seseorang. Nilai dapat pula mempengaruhi perilaku atau perbuatan seseorang dengan mempengaruhi sikap dan penilaian terhadap konsekuensi daripada perilaku atau perbuatan tersebut. Melalui proses seperti itu, Fraenkel (1977) melihat nilai sebagai kunci bagi lahirnya perilaku dan perbuatan seseorang.
3. Pembentukan Sikap
Manusia mempunyai sifat bawaan, misalnya kecerdasan, tempramen, dan sebagainya. Faktor-faktor ini memberi pengaruh terhadap pembenrukan sikap. Selain itu manusia juga mempunyai sikap warisan yang terbentuk dengan kuat dalam keluarga, misalnya sentimen golongan, keagamaan dan sebagainya. Namun secara umum, para pakar psikologi sosial berpendapat bahwa siakp manusia terbentuk melalui proses pembelajaran dan pengalaman. Menurut Klausmeiner (1985), ada tiga model belajar dalam rangka pembentukan sikap.
a. Mengamati dan Meniru
Melalui pembelajaran dengan model. Banyak tingkah laku manusia dipelajari melalui model, yakni dengan mengamati dan meniru tingkah laku atau perbuatan orang lain, terutama orang-orang yang berpengaruh. Melalui proses pengamatan dan peniruan akan terbentuk pola sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan orang yang ditiru.
b. Menerima Penguatan
Pembelajaran model ini dengan menerima atau tidak menerima suatu respon yang ditunjukkan. Penguatannya dapat berupa ganjaran (penguatan positif) dan dapat berupa hukuman (penguatana negatif). Dalam proses pendidikan, guru atau orang tua dapat memberi ganjaran berupa pujian atau hadiah kepada anak yang berbuat sesuai dengan nilai-nilai ideal tertentu. Dari waktu ke waktu respon yang diberi ganjaran tersebut akan bertambah kuat. Dengan demikian sikap seperti ini akan terbentuk.
c. Menrima Informasi Verbal
Informasi tentang berbagai hal dapat diperoleh melelui lisan dan tulisan. Informasi tentang objek tertentu yang diperoleh seseorang akan mempengaruhi pembentukan sikapnya terhadap objek yang bersangkutan.
4. Perubahan Sikap
a. Teori Pembelajaran
Melihat perubahan sikap sebagai proses pembelajaran. Teori tertarik pada hubungn stimulus dan respon dalam suatu proses komunikasi. Program Yale mengidentifikasi unsur-unsur dalam proses pembujukan yang dapat memberi pengaruh pada perubahan sikap seseorang. Ada empat unsur dalam proses pembujukan yang dapat mempengaruhi perubahan sikap yaitu 1) penyampaian, sebagai sumber informasi baru. 2) komunikasi atau informasi yang disampaikan. 3) penerima, dan 4) situasi.
b. Teori Fungsional
Beranggapan bahwa manusia mempertahankan sikap yang sesuai dengan kepentingannya. Perubahan sikap terjadi dalam rangka mendukung sutau maksud atau tujuan yang akan dicapai.
c. Teori Pertimbangan Sosial
Menganut pendekatan yang lebih bersifat kognitif tentang perubahan sikap. Menurut teori ini, proses perubahan sikap bergantung pada keteguhan individu dalam berpegang pada pada suatu nilai atau pandangan.
d. Teori Konsistensi
Dikembangkan berdasarkan suatu asumsi umum, bahwa manusia akan berusaha untuk mewujudkan keadaan yang serasi dalam dirinya. Jika terjadi suatu keadaan yang tidak serasi, misalnya terjadi pertentangan antara sikap dan tingkah laku, maka manusia akan berusahauntuk menghilangkan realita tersebut dengan merubah salah satu : sikap atau tingkah laku.

B. PENILAIAN SIKAP DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS
1. Pentingnya Penilaian Sikap
Secara umum, semua mata pelajaran memiliki 3 domain tujuan. 3 domain tujuan itu adalah peningkatan kemampuan kognitif, peningkatan kemampuan afektif, dan peningkatan ketrampilan, namun demikian selama ini penekanan yang sangat menonjol, baik dalam proses pembelajaran maupun dalam pelaksanaan penilaianannya diberikan pada domain kognitif. Domain kognitif, afektif, psikomotor perlu mendapat tekanan yang seimbang dalam proses pembelajaran dan penilaian. Dengan demikian, penilaian sikap perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dan hasil penilaiannya perlu dimanfaatkan dan ditindak lanjuti.
Menyadari kelemahan-kelemahan tersebut dalam kurikulum berbasis kompetensi, selain menggariskan kompetensi yang berkaitan dengan sikap dalam berbagai mata pelajaran, juga menggariskan 9 kompetensi lintas kurikulum. Dalam kompetensi lintas kurikulum tersebut sangat kental nuansa afektifnya.
9 kompetensi lintas kurikulum tersebut sebagai berikut:
- Siswa sebagai makhluk Tuhan yang maha esa. Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk dihargai dan merasa aman. Dalam kaitan ini siswa memahami hak-hak dan kewajiban serta menjalankan tanggung jawab.
- Siswa menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan orang lain.
- Siswa memilih dan memadukan, dan menerapka n konsep-konsep dan tekhnik-tekhnik numeric dan spasial, serta mampu mencari dan menyusun pola, struktur, dan hubungan.
- Siswa menyadari kapan/apa teknologi dan informasi yang diperlukan, ditemukan, dan diperolehnya dari berbagai sumber, dan mampu menilai, menggunakan dan berbagi informasi dengan yang lain.
- Siswa memahami dan menghargai dunia fisik, makhluk hidup, dan teknologi, dan mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai untuk mengambil keputusan yang tepat.
- Siswa memahami konteks budaya, geografi, dan sejarah, serta memiliki pengetahua, ketrampilan, dan nilai-nilai untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupannya, serta berintegrasi dan berkontribusi dalam masyarakat dan budaya global.
- Siswa memahami dan berpartisipasi dalam kegiatan kreatif di lingkungannya untuk saling menghargai karya artistik, budaya, dan intelektual serta menerapkan nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju masyarakat beradab.
- Siswa menunjukkan kemampuan berpikir konsekuen, berpikir lateral, memperhitungkan peluan dan potensi, serta siap untuk menghadapi berbagai kemungkinan.
- Siswa menunjukkan motivasi dan percaya diri dalam belajar, serta mampu bekerja mandiri sekaligus dapat bekerja sama.

2. Sikap dan objek sikap yang perlu dinilai
Penilaian merupakan salah satu proses penting dalam pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar. Menurut Nitko (1983: 27), penilaian atau evaluasi dalam bidang pendidikan adalah suatu proses memberi pertimbangan tentang nilai berkaitan dengan murid, metode mengajar, atau program pengajaran. Seperti yang dijelaskan diatas, sikap merupakan salah satu aspek dari tujuan pendidikan yang perlu dinilai perkembangannya.
Penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran dapat dilakukan berkaitan dengan berbagai objek sikap sebagai berikut:
a. Sikap terhadap mata pelajaran. Siswa perlu memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran. Dengan sikap positif, dalam diri siswa akan tumbuh dan berkembang minat pelajar, akan lebih mudah diberi motivasi dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan. Oleh karena itu, guru perlu menilai tentang sikap siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkannya.
b. Sikap terhadap mata pelajaran. Siswa perlu memiliki sikap positif terhadap guru, yang mengajar suatu mata pelajaran. Siswa yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru, akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Siswa yang memiliki sikap negative terhadap guru pengajar akan sukar menyerap pelajaran guru tersebut.
c. Sikap terhadap proses pembelajaran. Siswa memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Prosestersebut mencakup: suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Tidak sedikit siswa yang merasa kecewa atau tidak puas dengan proses pembelajaran, namun mereka tidak memiliki keberanian untuk menyatakan akibatnya mereka terpaksa mengikuti pembelajaran yang langsung dengan perasaan kurang nyaman, hal ini dapat mempengaruhi taraf penyerapan materi pembelajarannya.
d. Sikap terhadap materi dari pokok-pokok bahasan yang ada. Siswa juga perlu memiliki sikap positif terhadap materi pembelajaran yang diajarkan, sebagai kunci keberhasilan proses pembelajaran.
e. Sikap berhubungan dengan nilai-nilai tertentu yang ingin ditanamkan dalam diri siswa melalui materi tertentu. Misalnya, pengajaran pokok bahasan koperasi dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Berhubungan dengan pokok bahasan ini ada nilai-nilai luhur tertentu yang relevan diajarkan dan diinternalisasikan dalam diri siswa. Misalnya kerjasama, kekeluargaan dan sebagainya. Untuk mengetahui hasil dari proses pembelajaran dan internalisasikan nilai-nilai tersebut perlu dilakukan penialain sikap.
f. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif kurikulum, seperti yang diuraikan diatas. Kompetensi-kompetensi tersebut relevan juga untuk diimplementasikan dalam proses pembelajaran berdasarkan kurikulum yang masih berlaku.

3. Metode Pengungkapan Sikap
Beberapa Metode Pengungkapan Sikap:
• Observasi Perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi dapat dipahami sebagai kecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap peserta didik yang dibinanya. Hasil pengamatan dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan.
Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah. Berikut contoh format buku catatan harian.
1. Perilaku merupakan salah satu indikator sikap individu.
2. Perilaku hanya akan konsisten dengan sikap apabila kondisi dan situasi memungkinkan.
3. Interpretasi sikap harus sangat hati-hati apabila hanya didasarkan dari pengamatan terhadap perilaku yang ditampakkan oleh seseorang.
Contoh halaman sampul Buku Catatan Harian:















Contoh isi Buku Catatan Harian :

No. Hari/ Tanggal Nama peserta didik Kejadian







Kolom kejadian diisi dengan kejadian positif maupun negatif. Catatan dalam lembaran buku tersebut, selain bermanfaat untuk merekam dan menilai perilaku peserta didik sangat bermanfaat pula untuk menilai sikap peserta didik serta dapat menjadi bahan dalam penilaian perkembangan peserta didik secara keseluruhan.
Selain itu, dalam observasi perilaku dapat juga digunakan daftar cek yang memuat perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan muncul dari peserta didik pada umumnya atau dalam keadaan tertentu. Berikut contoh format Penilaian Sikap.
Contoh Format Penilaian Sikap dalam praktek IPA :

No.
Nama Perilaku
Nilai
Ket
Bekerja sama Berinisiatif Penuh
Perhatian Bekerja sistematis
1. Ruri
2. Tono
3. ....

Catatan:
a. Kolom perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut.
1 = sangat kurang
2 = kurang
3 = sedang
4 = baik
5 = amat baik
b. Nilai merupakan jumlah dari skor-skor tiap indikator perilaku
c. Keterangan diisi dengan kriteria berikut
Nilai 18-20 berarti amat baik
Nilai 14-17 berarti baik
Nilai 10-13 berarti sedang
Nilai 6-9 berarti kurang
Nilai 0-5 berarti sangat kurang
• Penanyaan Langsung
Kita juga dapat menanyakan secara langsung atau wawancara tentang sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai "Peningkatan Ketertiban".
Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap peserta didik di sekolah, guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina peserta didik.
1. Individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri.
2. Manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya.
3. Orang akan mengemukakan pendapat dan jawaban yang sebenarnya secara terbuka hanya apabila situasi dan kondisi memungkinkan.
4. Sikap merupakan variabel yang terlalu kompleks untuk diungkap dengan pertanyaan tunggal. Sangat tergantung pada kalimat yang digunakan dalam pertanyaan, konteks pertanyaannya, cara menanyakannya, situasi dan kondisi yang merupakan faktor luar,dll.
• Pengungkapan Langsung (Laporan pribadi)
Melalui penggunaan teknik ini di sekolah, peserta didik diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya, peserta didik diminta menulis pandangannya tentang "Kerusuhan Antaretnis" yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat oleh peserta didik tersebut dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya.
Untuk menilai perubahan perilaku atau sikap peserta didik secara keseluruhan, khususnya kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, estetika, dan jasmani, semua catatan dapat dirangkum dengan menggunakan Lembar Pengamatan berikut.
1. Pengungkapan secara tertulis dapat dilakukan dengan menggunakan aitem tunggal atau aitem ganda.
2. Aitem tunggal: responden diminta menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju.
3. Aitem ganda: disajikan dengan menggunakan sepasang kata sifat yang bertentangan satu sama lain. Contoh: Cantik – Jelek, Suka – Benci
Contoh Lembar Pengamatan
(Kelompok Mata Pelajaran: Agama, Kewarganegaraan, Estetika, Jasmani)
Perilaku/sikap yang diamati: ........................................

Nama peserta didik: ... kelas... semester...

No Deskripsi perilaku awal Deskripsi perubahan Capaian
Pertemuan ...Hari/Tgl... ST T R SR
1
2

Keterangan
a. Kolom capaian diisi dengan tanda centang sesuai perkembangan perilaku
ST = perubahan sangat tinggi
T = perubahan tinggi
R = perubahan rendah
SR = perubahan sangat rendah
b. Informasi tentang deskripsi perilaku diperoleh dari:
 pertanyaan langsung
 Laporan pribadi
 Buku Catatan Harian
• Skala Sikap
1. Berupa kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap yaitu mendukung (positif), menolak (negatif) dan netral.
2. Dapat berupa pernyataan langsung yang jelas tujuan ukurnya tapi juga bisa berupa pernyataan tidak langsung yang tampak kurang jelas tujuan ukurnya bagi responden.
3. Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang hingga kini dianggap paling dapat diandalkan.
Pengembangan kisi-kisi sikap yaitu:
- Pilih ranah afektif yang akan dinilai, misalnya sikap
- Tentukan indikator sikap
- Pilih tipe skala yang digunakan, misalnya; skala Likert dengan lima skala, seperti sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju.
- Tentukan nomor butir soal sesuai dengan indikator sikap
- Buatlah kisi-ksi instrumen dalam bentuk matrik
- Telaah instrumen oleh teman sejawat atau ahli di bidangnya
- Perbaiki instrumen sesuai dengan hasil telaah instrumen oleh teman sejawat/ahli dengan memperhatikan kesesuaian dengan indikator
• Pengukuran Terselubung
1. Observasi perilaku berupa pengamatan thd reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari oleh yang bersangkutan. Cth: reaksi wajah, nada suara, gerak tubuh.
2. Reaksi-reaksi fisiologis dapat mencerminkan intensitas sikap seseorang terhadap suatu objek akan tetapi tidak menjelaskan arah sikapnya apakah positif atau negatif.


C. SKALA SIKAP
1. Skala Likert
Skala linkert pertama kali dikembangkan oleh Rensis Linkert pada tahun 1932 dalam mengukur sikap masyarakat. Dalam skala ini hanya menggunakan item yang secara pasti baik dan secara pasti buruk. Item yang pasti disenangi, disukai, yang baik, diberi tanda negatif (-). Total skor merupakan penjumlahan skor responsi dari responden yang hasilnya ditafsirkan sebagai posisi responden. Skala ini menggunakan ukuran ordinal sehingga dapat membuat ranking walaupun tidak diketahui berapa kali satu responden lebih baik atau lebih buruk dari responden lainnya.
Likert (1932) mengajukan metodenya sebagai alternatif yang lebih sederhana dibandingkan dengan skala Thurstone. Skala Thurstone yang terdiri dari 11 point disederhanakan menjadi dua kelompok, yaitu yang favorable dan yang unfavorabel. Sedangkan item yang netral tidak disertakan. Untuk mengatasi hilangnya netral tersebut, Likert menggunakan teknik konstruksi test yang lain. Masing-masing responden diminta melakukan egreement atau disegreemenn-nya untuk masing-masing aitem dalam skala yang terdiri dari 5 point ( Sangat seuju, Setuju, Ragu-ragu, Tidak setuju, Sangat Tidak Setuju). Semua aitem yang favorabel kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang Sangat Tidak setuju nilainya 1. Sebaliknya, untuk aitem yang unfavorabel nilai skala Sangat Setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 5. Seperti halnya skala Thurstone, skala Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval sama (equal-interval scale).
Metode likert dapat dikatakan sebagai yang pertama yang melakukan pendekatan dengan mengukur luas/dalamnya pendapat dari responden bukan hanya dengan jawaban “ya” atau “tidak”. Dalam metode ini sebagian besar pertanyaan dikumpulkan, namun setiap pertanyaan disusun sedemikian rupa agar bisa dijawab dalam lima tingkatan jawaban pertanyaan/pertanyaan yang diajukan.

Secara sederhananya konsep skala likert’s meliputi :
• Skala likert adalah skala yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidak setujuan terhadap subyek, obyek atau kejadian tertentu.
• Urutan untuk skala ini umumnya menggunakan lima angka penilaian yaitu
1) Sangat menyetujui
2) Setuju
3) Netral (ragu-ragu)
4) Tidak setuju
5) Sangat Tidak Setuju.
• Urutan itu bisa dibalik.
• Alternatif angka bisa bervariasi dari 3 sampai dengan 9
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain: .
Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.
Kelebihan skala Likert adalah :
• Mudah dibuat dan diterapkan
• Terdapat kebebasan dalam memasukkan pertanyaan-pertanyaan, asalkan mesih sesuai dengan konteks permasalahan
• Jawaban suatu item dapat berupa alternative, sehingga informasi mengenai item tersebut diperjelas.
• Reliabilitas pengukuran bisa diperoleh dengan jumlah item tersebut diperjelas.
• Dalam menyusun skala, item-item yang tidak jelas korelasinya masih dapat dimasukkan dalam skala.
• Lebih mudah membuatnya dari pada skala Thurstone.
• Mempunyai reliabilitas yang relatif tinggi dibanding skala thurstone untuk jumlah item yang sama. Juga dapat memperlihatkan item yang dinyatakan dalam beberapa responsi alternatif.
• Dapat memberikan keterangan yang lebih nyata tentang pendapatan atau sikap responden.
Kelemahan skala Likert:
• Sangat subjektif untuk setiap individu
• Penskoran sulit
• Hanya dapat mengurutkan individu dalam skala, tetapi tidak dapat membandingkan berapakali individu lebih baik dari individu lainya.
• Kadang kala total skor dari individu tidak memberikan arti yang jelas, banyak pola response terhadap beberapa item akan memberikan skor yang sama.
Prosedur dalam membuat skala linkert adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan item-item yang cukup banyak dan relevan dengan masalah yang sedang diteliti, berupa item yang dinyatakan dengan sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, atau sangat tidak setuju Item-item tersebut dicoba kepada sekelompok responden yang cukup representative dari populasi yang ingin diteliti.
b. Pengumpulan pernyataan dari responden untuk kemudian diberikan skor, untuk jawaban yang memberikan indikasi menyenangi diberi skor tertinggi. Dengan ketentuan bahwa kelima kategori masing-masing diberi skor 5, 4, 3, 2, dan 1, untuk item-item yang positif, dan kebalikannya untuk item-item negatif
c. Total skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan dari skor masing-masing item dari individu tersebut
d. Melakukan analisis item untuk mengetahui item-item mana yang sangat nyata batasan antara skor tinggi dan skor rendah dalam skala total.
e. Langkah terakhir tersebut dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor pada masing-masing item dengan skor total pada keseluruhan item. Kemudian, item-item dengan korelasi tertinggi disimpan untuk skala akhir.
Skor yang dihasilkan dari skala Likert hanya dapat diinterpretasikan berdasarkan di mana kedudukan skor individu dalam distribusi skor orang-orang lain; skor tersebut tidak memiliki makna absolut. Interpretasi skor minimum dan maksimum biasanya jelas: skor minimum menunjukkan sikap negatif, dan skor maksimum menunjukkan sikap positif. Tetapi skor di antara skor minimum dan maksimum lebih sulit untuk diinterpretasikan karena skor yang paralel dengan titik netral tidak dikenal.

Contoh Skala Likert:
Sikap terhadap pelajaran biologi
1. Pelajaran biologi bermanfaat SS S R TS STS
2. Pelajaran biologi sulit SS S R TS STS
3. Tidak semua harus belajar biologi SS S R TS STS
4. Pelajaran biologi harus dibuat mudah SS S R TS STS
5. Biologi menyenangkan SS S R TS STS
Keterangan:
SS : Sangat setuju
S : Setuju
R : Ragu-ragu
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju




Penskoran pernyataan positif:
PERNYATAAN SKOR
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Tidak punya pendapat/ ragu-ragu 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1

Penskoran pernyataan negatif:
PERNYATAAN SKOR
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Tidak punya pendapat/ ragu-ragu 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1

2. Skala Thurstone
Thurstone (1928) mengajukan metode pengukuran sikap ini berbeda dengan pengukuran Bogardus dimana poin-poin pengukuran tidak terlalu diperlukan. Thurstone mencoba untuk mengembangkan sebuah metode yang mana dapat menunjukan secara cepat jumlah perbedaan antara prilaku satu responden dengan responden lainnya. Metode Thurstone membuat sebuah perkiraan penting yaitu pendapat seorang yang pandai tidak akan mempengaruhi nilai-nilai pertanyaan dari pengukuran tersebut. Pendapat ini dapat dibenarkan bila penilai tidak memiliki pandangan yang sangat berbeda akan topic yang bersangkutan, namun bagaimanapun juga jika yang terjadi adalah sebaliknya maka pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terpengaruh.
Jadi metode Thurstone ini berorientasi pada respon dari responden yang ditanyakan. Menurut pandangannya sikap merupakan suatu bentuk atau reaksi perasaan. Maka konsep Thrustone ini berlandaskan kepada perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unvorable) terhadap objek Yang diukur.
Dimana Thurstone disini mencoba mengetengahkan skala pengukuran dengan menyatakan :
1. Kategori, peringkat dan jarak yang diukur
2. Dinyatakan dengan angka 1 sampai dengan 7, atau 1 sampai dengan 9
3. Menggunakan konsep jarak yang sama (equality interval) karena skala ini tidak menggunakan angka nol sebagai titik awal perhitungan
Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari yang sangat unfavorabel hingga sangat fafovabel terhadap suatu obyek sikap. Caranya dengan memberikan orang tersebut sejumlah aitem sikap yang telah ditentukan derajad favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam menyusun alat ini seleksi awal terhadap pernyataan sikap dan penghitungan ukuran yang mencerminkan derajad favorabilitas dari masing-masing pernyataan. Derajat (ukuran) favorabilitas ini disebut nilai skala.
Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap, pembuat skala perlu membuat sampel pernyataan sikap sekitar lebih 100 buah atau lebih. Penrnyataan-pernyataan itu kemudian diberikan kepada beberapa orang penilai (judges). Penilai ini bertugas untuk menentukan derajat favorabilitas masing-masing pernyataan. Favorabilitas penilai itu diekspresikan melalui titik skala rating yang memiliki rentang 1-9. Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sangat setuju. Tugas penilai ini bukan untuk menyampaikan setuju tidaknya mereka terhadap pernyataan itu. Median atau rerata perbedaan penilaian antar penilai terhadap aitem ini kemudian dijadikan sebagai nilai skala masing-masing aitem. Pembuat skala kemudian menyusun aitem mulai dari atem yang memiliki nilai skala terrendah hingga tertinggi. Dari aitem-aitem tersebut, pembuat skala kemudian memilih aitem untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya. Dalam penelitian, skala yang telah dibuat ini kemudian diberikan pada responden. Responden diminta untuk menunjukkan seberapa besar kesetujuan atau ketidaksetujuannya pada masing-masing aitem sikap tersebut.
Teknik ini disusun oleh Thrustone didasarkan pada asumsi-asumsi: ukuran sikap seseorang itu dapat digambarkan dengan interval skala sama. Perbedaan yang sama pada suatu skala mencerminkan perbedaan yang sama pula dalam sikapnya. Asumsi kedua adalah Nilai skala yang berasal dari rating para penilai tidak dipengaruhi oleh sikap penilai terhadap isue. Penilai melakukanrating terjhadap aitem dalam tataran yang sama terhadap isue tersebut.
Skala Thurstone dapat dikembangkan untuk mengukur sikap terhadap obyek apa pun. Yang mendasar pada metode ini adalah penggunaan penilai untuk menetapkan nilai skala pada setiap item dalam tes.
Salah satu kritik utama terhadap metode equal-appearing intervals ini adalah bahwa sikap penilai dapat mempengaruhi penilaiannya.
Contoh Skala Thurstone:
Minat terhadap pelajaran biologi.
( ) 1. Saya senang belajar biologi.
( ) 2. Biologi adalah segalanya buat saya.
( ) 3. Jika ada pelajaran kosong, saya lebih suka belajar biologi.
( ) 4. Belajar biologi menumbuhkan sikap kritis dan kreatif.
( ) 5. Saya merasa pasrah terhadap ketidak-berhasilan saya dalam biologi.
( ) 6. Penguasaan biologi akan sangat membantu dalam mempelajari bidang studi lain.
( )7.Saya selalu ingin meningkatkan pengetahuan dan kemampuan saya dalam biologi.
( ) 8. Pelajaran biologi sangat menjemukan.
( ) 9. Saya merasa terasing jika ada teman membicarakan biologi.
Misalkan pembuat angket menentukan bahwa skor yang akan dipakai untuk pernyataan yang kontribusinya paling tinggi adalah 9 dan untuk yang paling rendah diberi skor 1, sehingga skor tengahnya sama dengan 5. Hasil pertimbangannya, ia menyatakan bahwa pernyataan yang paling tinggi kontribusinya terhadap sikap positif untuk biologi adalah pernyataan nomor 2 sehingga ia memberi bobot skor 9. Agar hasil pertimbangan itu lebih objektif, ia meminta bantuan kepada teman seprofesinya yang dianggap mampu atau lebih mampu daripada dirinya sendiri. Misalkan ada 4 orang yang diminta pertimbangan itu, hasil pertimbangan untuk butir nomor 2 dari keempat orang itu masingmasing 8, 8, 9 dan 9. Dengan demikian skor untuk butir soal nomor 2 itu adalah
9 8 8 9 9 = 8, 6
5
Untuk butir nomor 8 pembuat angket memberi skor 2 karena ia menganggap kontribusinya rendah terhadap sikap siswa dalam biologi. Keempat teman lainnya masing-masing memberi skor 3, 4, 1, 2 sehingga skor untuk butir nomor 8 adalah
2 3 4 1 2 = 2,4
5
Begitulah seterusnya cara pemberian skor untuk setiap butir pernyataan. Misalkan skor untuk setiap butir soal, berturut-turut dari butir soal nomor 1 sampai dengan nomor 9 adalah sebagai berikut : 9,0; 8,6; 8,2; 7,6; 4,5; 6,0; 7,6; 2,4; 4,0; 5,3 Setelah angket diberikan kepada responden (siswa), misalkan untuk subjek A memilih butir-butir nomor 1, 4, 6, 7 dan 10. Rerata skor dari subyek A adalah
9,0 7,6 6,0 7,6 5,3 = 7,1
5
Ini berarti sikap A terhadap biologi positif, karena skornya lebih daripada skor tengah (= 5).


Keuntungan skala Thurstone adalah
• Memiliki ketajaman pernyataan untuk mengungkap aspek skap yang ada sehingga kemungkinan responden untuk menebak-nebak kecil
Kelemahan :
• Hanya menampilkansedikit aspek sikap, sehingga penilaian sikap lebih seedikit

3. Skala Guttman
Skala Guttman dikembangkan oleh Louis Guttman. Skala ini mempunyai ciri penting, yaitu merupakan skala kumulatif dan mengukur satu dimensi saja dari satu variabel yang multi dimensi, sehingga skala ini termasuk mempunyai sifat undimensional. Skala Guttman yang disebut juga metode scalogram atau analisa skala (scale analysis) sangat baik untuk menyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dari sikap atau sifat yang diteliti, yang sering disebut isi universal (universe of content) atau atribut universal (universe attribute). Dalam prosedur Guttman, suatu atribut universal mempunyai dimensi satu jika menghasilkan suatu skala kumulatif yang sempurna,yaitu semua responsi diatur sebagai berikut: Setuju dengan tidak setuju dengan Pada pertanyaan yang lebih banyak pola ini tidak ditemukan secara utuh. Adanya beberapa kelainan. Dapat dianggap sebagai error yang akan diperhitungkan dalam analisa nantinya.
Cara membuat skala guttman adalah sebagai berikut:
• Susunlah sejumlah pertanyaan yang relevan dengan masalah yang ingin diselidiki.
• Lakukan penelitiaan permulaan pada sejumlah sampel dari populasi yang akan
• diselidiki, sampel yang diselidiki minimal besarnya 50.
• Jawaban yang diperoleh dianalisis, dan jawaban yang ekstrim dibuang. Jawaban yang
• ekstrim adalah jawaban yang disetujui atau tidak disetujui oleh lebih dari 80%
• responden.
• Susunlah jawaban pada tabel Guttman.
• Hitunglah koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas.
Jadi skala Guttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas dan konsisten. Misalnya yakin-tidak yakin ;ya – tidak;benar-salah; positif – negative; pernah-belum pernah ; setuju – tidak setuju; dan sebagainya. Penelitian dengan menggunakan skala Guttman apabila ingin mendapatkan jawaban jelas (tegas) dan konsisten terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Contoh:
a. Yakin atau tidakkah anda, kentang merupakan umbi batang.
1. Yakin
2. Tidak
b. Setuju atau tidakkah anda, Pertumbuhan kecambah lebih cepat di dalam ruangan.
1. Setuju
2. Tidak Setuju







BAB III
PENUTUP
Cukup banyak ranah afektif yang penting untuk dinilai. Namun yang perlu diperhatikan adalah kemampuan pendidik untuk melakukan penilaian. Untuk itu pada tahap awal dicari komponen afektif yang bisa dinilai oleh pendidik dan pada tahun berikutnya bisa ditambah ranah afektif lain untuk dinilai.
Ranah afektif yang penting dikembangkan adalah sikap dan minat peserta didik. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan instrumen afektif sebagai berikut.
1. Menentukan definisi konseptual atau konstruk yang akan diukur.
2. Menentukan definisi operasional
3. Menentukan indikator
4. Menulis instrumen.
Instrumen yang dibuat harus ditelaah oleh teman sejawat untuk mengetahui keterbacaan, substansi yang ditanyakan, dan bahasa yang digunakan. Hasil telaah digunakan untuk memperbaiki instrumen. Selanjutnya instrumen tersebut di ujicoba di lapangan. Hasil ujicoba akan menghasilkan informasi yang berupa variasi jawaban, indeks beda, dan indeks keandalan instrumen. Hasil ujicoba digunakan untuk memperbaiki instrumen. Hal yang penting pada instrumen afektif adalah besarnya indeks keandalan instrumen yang dikatakan baik adalah minimal 0,70.
Penafsiran hasil pengukuran menggunakan dua kategori yaitu positif atau negatif. Positif berarti minat peserta didik tinggi atau sikap peserta didik terhadap suatu objek baik, sedang negatif berarti minat peserta didik rendah atau sikap peserta didik terhadap objek kurang. Demikian juga untuk instrumen yang direncanakan untuk mengukur ranah afektif yang lain.

Senin, 07 Maret 2011

Senin, 07 Februari 2011

angan dan kenangan

Angan dan kenangan
Setelah ngedengarin lagu-lagu band indie yang g kalah bagus dengan band-band yang di naungi PH (production house), aQ jadi terinspirasi pengen buat band,.........hehehe,
Lagu yang aQ dengerin itu lagunya pee wee gaskins n lagunya killing me inside yang biarlah,
AQ lagi hobi banget nie ngedengerin lagu yang biarlah itu,
Kalo ditanya soal nama band aQ dah punya nama nie,
Band aQ pengen AQ namai darkness illuminating, agak aneh sie namanya,
Tapi g tahu dech aQ koq pengen banget nama itu, arti dari nama itu sie penerang kegelapan, kalo ngeliat basic aQ yang ngambil jurusan kependidikan ya g aneh sie, coz kalo ntar aQ jadi guru khan berarti aku akan menerangi murid2Q dengan ilmu yang aQ miliki dari mereka yang tidak tahu menjadi mereka yang ingin tahu,
Yang diatas itu sie sebagian kecil angan2 aQ, kalo mo nulis soal kenangan tentang ngebuat band, dulu waktu SMP aQ pengen punya band juga, dulu yang terpikir di benakQ ma temen2Q band yang akan kita buat kita namai hooky child, kenapa nama itu yang kita2 pilih coz dulu aQ dan temen2 aQ satu gank suka bolos waktu ada jam pelajaran, hehehe.............
Tapi sekarang dah sembuh og penyakit itu......nam itu juga nama gank aQ, anggotanya ada 5 orang ada Bos Gank (baca aja icha yang punya blog ini nie), truz ada Candra, Gondhez, Andri n satu lagi namanya Ryanto............sekarang aQ g tahu kabar2 mereka nie coz dah lost contect,
Buat hooky child gank aQ masih inget banget nie kenakalan2 Qta waktoe doeloe nie, ketika dulu Qta sering mbolos waktu pelajaran bhs inggris nie, dan sekarang ini kayaknya aQ dapat karmanya dech, apa itu ...................................deng22222222222222222222222,
Bhs inggris aQ nol besar dech tapi kalo ngomong pake bahasa inggris yang ada teks nya sie lumayan dech, lumayan g bisa maksud nya, hehehehehe..........................
Kalo kenangan SMA sie g jauh2 beda ma yang SMP, masih sering boloz, dan parahnya lagi kenakalan aQ juga nambah,
aQ sering banget ikut berkelahi ma temen2 aQ , kalo aQ inget2 sie heran juga kenapa dulu aQ senakal itu,
yang beda waktu aQ SMA sie aQ sama sekali g punya niat n keinginan untuk ngebuat band, tapi tetep aQ punya gank, namane MbLaduS gank, trus kalo di komunitas aQ juga punya gank, ReD DevILs giRl GanK (anggotanya para pecinta klub sepakbola yang paling terkenal seantero jagat raya n angkasa itu dech :.......baca aja manchesteru united)

Selasa, 18 Januari 2011

daftar pemain timnas U-23

Daftar Nama Pemain Timnas U23 sudah dibuat dan sudah diumumkan secara resmi di website PSSI, Dalam pembuaatan Daftar Nama Pemain Timnas U23 tersebut, PSSI telah menyeleksi 80 pemain dalam 3 tahapan, Ingin tahu siapa saja yang masuk dalam daftar nama pemain timnas U23?

Daftar nama pemain timnas U23 ini telah ditentukan dan diputuskan kemaren (17/1/2011) oleh pelatih Alfred Riedl setelah dirinya berdiskusi dengan para assistennya, dalam keputusannya alfred riedl telah memutuskan ada 25 pemain yang akan diturunkan dalam laga praolimpiade tahun 2012

Setelah daftar nama pemain timnas U23 di kantongi oleh PSSI, langkah selanjutnya adalah PSSI melakukan pelatihan bagi mereka untuk menghadapi Turkmenistan dalam laga kandang yang rencana akan dilaksanakan pada tanggal 23 februari 2011 dan juga laga yang akan dilaksanakan di kandang Turkmenistan pada 9 Maret 2011.

Berikut ini daftar nama pemain timnas U23:

1. KURNIA MEIGA (AREMA)
2. ANDRITANI ARDIYASA (PERSIJA)
3. MUHAMAD RIDWAN (PERSITA)
4. ABDUL HAMID MONY (PERSIBA)
5. SAFRI UMI (PERSIRAJA)
6. DIAZ ANGGA PUTRA (PERSIB)
7. AHMAD FARIZI (AREMA)
8. GUNAWAN DWI CAHYO (SRIWIJAYA FC)
9. RAHMAT LATIF (SRIWIJAYA FC)
10. FACHRUDIN (PS SLEMAN)
11. SEPTIA HADI (PSPS PEKANBARU)
12. OKTOVIANUS MANIANI (SRIWIJAYA FC)
13. DENDI SANTOSO (AREMA)
14. EGI MELGIANSYAH (PELITA JAYA)
15. HENDRO SISWANTO (LAMONGAN)
16. RAMDANI LESTALUHU (PERSIJA)
17. NASUTION KARUBABA (PERSEMAN)
18. ENGELBERTH SANI (PELITA JAYA)
19. JOHAN YOGA (PERSIB)
20. RISHADI FAUZI (PERSITA)
21. ARIS ALFIANSYAH (PERSELA)
22. TITUS BONAI (PERSIPURA)
23. RISKY NOVRIANSYAH (PERSIJAP)
24. DAVID LALI (PERSIPURA)
25. YONGKI ARIBOWO (AREMA)

Senin, 17 Januari 2011